Pages

Cari Blog Ini

Ads 468x60px

Labels

Sample text

selembut angin menyapa dedaunan, seindah pelangi menghias angkasa, mari berbagi dengan hati

Selasa, 19 Juni 2012

pemuda yang bertobat


Di atas sebuah bukit, seorang syaikh melihat pemuda yang kulitnya kekuning-kuningan, matanya sayu dan tubuhnya mengigil. Dia tidak dapat menetap di tempat, seolah-olah berada di atas ujung pedang. Sementara itu, air matanya terus mengalir, menetes.
“Siapa engkau ?” tanya syaikh.
“Aku hamba yang lari dari majikan” jawab si pemuda.
“Kembalilah dan minta maaf kepada majikanmu !” kata syaikh.
“Permohonan maaf itu perlu alasan yang masuk akal. Bagaimana orang yang gegabah dapat mengajukan permohonan maaf ?” kata si pemuda.
“Mintalah saran kepada orang lain agar engkau dapat memohon ampun kepada majikanmu” kata syaikh.
“Semua orang takut kepada majikanku,” jawab si pemuda.
“Siapakah majikanmu itu ?” tanya ulama salaf.
Si pemuda menjawab “Majikanku adalah orang yang mengurusiku sejak kecil. Tetapi ketika telah besar aku selalu melanggar aturannya. Dia memenuhi semua janjinya kepadaku. Seluruh keperluanku dia tanggung. Tetapi, aku justru mengkhianatinya dan berani melawan perintahnya. Padahal, dia mengetahui semua kebusuk­an perilakuku.”
Syaikh itu bertanya “Di mana majikanmu itu?” Si pemuda berkata, “Ke manapun aku pergi, para pem­bantu­nya selalu ada di sana.
Syaikh itu berkata, ”Sayangilah jiwamu. Tampaknya rasa takutmu ini dapat membakarmu.”
Si pemuda menjawab : “Yang terbakar oleh rasa takut kepadanya lebih baik dan utama di hadapannya.”
Syaikh itu berkata “Wahai Pemuda! Sebenarnya masalah yang engkau hadapi lebih mudah daripada apa yang engkau kira”
Si pemuda berkata “Ini adalah fitnah dari orang-orang yang sesat dan menganggur, ya Tuhan! Ampunilah hamba ini. Dimanakah bekas-bekas keikhlasan dan kebeningan itu?”
Setelah mengucapkan kata-kata tersebut pemuda itu berteriak dengan keras. Dia pingsan.
Kemudian, seorang perempuan tua keluar dari sebuah gua di gunung itu. Dia mengenakan baju yang sangat lusuh. Dia berkata : “Siapakah yang membantu tukang menyakiti orang lain dan lingkungan ini?
Syaikh itu berkata “Wahai hamba Allah! Mengapa engkau tidak mendoakannya dengan baik?”
Dia menjawab :”Aku telah melakukannya”.
Syaikh itu berkata : “Tetapi, do’a yang tidak dibarengi keikhlasan adalah kemusyrikan”.
Selanjutnya, syaikh bertanya kepada wanita tua itu.”Siapakah engkau”.
Dia menjawab “Aku ibunya”.
Syaikh itu berkata lagi “Aku dapat membantu untuk menyadarkannya”.
Sang ibu berkata “Menyingkirlah kamu darinya. Biarkan dia meratap secara hina di hadapan Tuhannya. Mudah-mudahan dia mendapatkan rahmat dan kasih sayang dari Allah Yang Maha Penolong.
Syaikh itu kemudian tersadar bahwa orang yang pingsan dihadapannya adalah seorang pemuda yang sedang bertobat kepada Allah. Dia kemudian berkata : “Aku tidak tahu mengapa pemuda itu pingsan, apakah akibat rasa takutnya yang besar kepada Allah atau ketulusan doa ibunya.”
(Demikian diceritakan Imam Ibn Al Qayyim dalam Madarij Al Salikin, juz 2)

0 komentar: